Rabu, 09 Januari 2019

"Membaca dan Menulis Untuk Mengukir Peradaban"

         
By Risna Damayanti Nasruddin


          Aku kembali menulis disini. Setelah sekian lama aku sibuk dengan dunia baruku. Yah! dunia akademik perkuliahan. Setelah lulus di sekolah menengah atas dan diterima di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, aku lebih fokus untuk itu. Walaupun demikian, aku berusaha menyempatkan diri menulis keseharianku didalam buku diary walau hanya beberapa deretan kalimat saja. Bagiku, tetaplah menulis! walaupun  rangkaian kalimatnya tak begitu indah dibaca, kadang kalimatnya rancuh tak beraturan, walau EYD-Nya masih amburadul.  

         Tapi yang aku tahu, menulis adalah mengukir peradaban, memperpanjang usia seperti dalam tulisan Helvy Tiana Rosa "Ketika sebuah karya telah ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang usianya". Itulah pentingnya membaca kemudian menulis agar pengetahuan yang kita dapatkan melekat dipikiran. Bukan saja hanya Helvy Tiana Rosa yang menulis tentang pentingnya membaca dan menulis, tetapi juga Imam Asy-Syafi pernah menulis "Ilmu itu ibarat hewan buruan, tulisan adalah pengikatnya maka ikatlah ilmu dengan menuliskannya" Selain itu, aku juga belajar bahwa ilmu itu jangan sekedar dipikiran [menghapalkannya] tapi harus disimpan didalam hati. 

      Sebab, ketika pengetahuan itu melekat dihati, maka ia lebih permanen. Sayangnya, tak segampang itu membuatnya melekat secara permanen dihati. Imam Asy-Syafie dalam tulisannya "Ilmu itu adalah cahaya Allah swt sedangkan cahaya itu, tidak akan masuk kedalam diri seseorang yang bermaksiat". Dan inilah yang amat sulit untuk kutuntaskan. Jadi tak perlu heran ketika kita sulit memahami sesuatu, mata pelajaran mislanya. Mestinya kita mengecek terlebih dahulu diri ini jangan menyalahkan keadaan sebab ia tak bersalah. Cek lalu intropeksi diri dan tanyakan dalam hati "Apakah aku bersih dari maksiat pada hari ini? mengapa begitu sulit aku menerima dan memahami ilmu ini?" Karena salah satu penghambat masuknya ilmu adalah kemaksiatan. 

           Karena ini adalah blog baru, aku ingin mendahulukan  tulisanku tentang membaca dan menulis untuk mengukir peradaban. Aku selalu berpikir tentang masa depan. Aku tak ingin terlalu lama larut dalam masa lalu. Tak apa jika menengok sejenak dimasa lalu untuk mengambil pelajaran. Tetapi, bukan berarti kita berdiam diri tanpa bergerak disana. Berpikirlah maju! buatlah karya berupa tulisan agar kelak umat bisa membacanya, mengambil pelajaran lalu umat menfaatkannya. Terlebih lagi untuk generasi yang lahir dari rahim wanita yang cerdas. 


Jakarta, 08 Januari 2019
Risna Damayanti Nasruddin

3 komentar:

"Membalut Luka Masa Lalu"

By Risna Damayanti Nasruddin "Rasanya, sembilan tahun itu adalah masa yang amat menyakitkan Ris! sakit sekali rasanya ketika h...