By Risna Damayanti Nasruddin
Aku menatap matanya dalam-dalam. Matanya mulai berkaca-kaca tapi ia berusaha menahanya dan ia memang wanita yang tegar. Sejurus, ia melajutkan curahan hatinya.
"Tapi, yang membuatku memutuskan untuk bercerai dengannya adalah ketika ia meludahiku dihadapan anak pertamaku. Meludahi berarti menganggap diri ini menjijikkan. Kemudian, anak pertamaku berlari memelukku dan berkata agar pisah saja dengan papa. Dia tidak tega melihatku diperlakukan seperti itu. Anak kecil saja sudah paham mana yang benar dan salah." lanjutnya.
Aku mulai angkat bicara lantas bertanya,
"Apakah waktu menikah dengannya, mbak dapat restu dari orangtua? tanyaku dengan rasa penasaran yang bergejolak.
Dia menundukkan pandangannya dari padanganku dan buka suara
"Itulah kesalahan besarku Ris! cinta kami hanya manis diawal saja. Saat masa-masa pacaran, lalu menikah tanpa restu orangtua. Sekali-kali, jangan pernah melangkah tanpa restu orangtua. Pahit dan tak akan berkah" Tangisannya mulai pecah lalu aku memeluknya.
(Hai pembaca yang budiman, saya sengaja mengekspos cerita-cerita didalam dengan singkat. InsyaAllah bakal ada lanjutannya kok. Eits! barangkali, tak aku ekspos disini. Sebab, ingin kuramu ia dalam kitab bersejarah "Buku kumpulan cerpen bahkan novel". Doakan yah semoga inginku menjadi kenyataan! Selamat penasaran dengan ceritanya)
Jakarta, Des-07-2018
Risna Damayanti Nasruddin
Semoga bisa tersampaikan yang dicitakan.. Aamiin
BalasHapusAku nantikan novelnya ukhtycan
BalasHapus