Kamis, 10 Januari 2019

"Membalut Luka Masa Lalu"

By Risna Damayanti Nasruddin


"Rasanya, sembilan tahun itu adalah masa yang amat menyakitkan Ris! sakit sekali rasanya ketika hidup dengan lelaki kejam dan bengis dalam balutan pernikahan. Aku berusaha tegar dihadapan orangtua bahwa pernikahan kami baik-baik saja. Ternyata, justru malah sebaliknya. Dia memang tak pernah main tangan denganku tapi sembilan tahun itu, aku menderita dan tak pernah diberikan nafkah. Apalagi, aku memiliki dua orang anak yang masih kecil-kecil saat itu. Justru, aku yang menjadi tulang punggung untuk keluargaku. Tahukah engkau, bahwa hasil keringatku itu dia pakai main perempuan, berjudi dan mabuk-mabukkan. Hancur semuanya."

 Aku menatap matanya dalam-dalam. Matanya mulai berkaca-kaca tapi ia berusaha menahanya dan ia memang wanita yang tegar. Sejurus, ia melajutkan curahan hatinya. 

"Tapi, yang membuatku memutuskan untuk bercerai dengannya adalah ketika ia meludahiku dihadapan anak pertamaku. Meludahi berarti menganggap diri ini menjijikkan. Kemudian, anak pertamaku berlari memelukku dan berkata agar pisah saja dengan papa. Dia tidak tega melihatku diperlakukan seperti itu. Anak kecil saja sudah paham mana yang benar dan salah." lanjutnya. 

Aku mulai angkat bicara lantas bertanya, 

"Apakah waktu menikah dengannya, mbak dapat restu dari orangtua? tanyaku dengan rasa penasaran yang bergejolak.

 Dia menundukkan pandangannya dari padanganku dan buka suara

 "Itulah kesalahan besarku Ris! cinta kami hanya manis diawal saja. Saat masa-masa pacaran, lalu menikah tanpa restu orangtua. Sekali-kali, jangan pernah melangkah tanpa restu orangtua. Pahit dan tak akan berkah" Tangisannya mulai pecah lalu aku memeluknya.

(Hai pembaca yang budiman, saya sengaja mengekspos cerita-cerita didalam dengan singkat. InsyaAllah bakal ada lanjutannya kok. Eits! barangkali, tak aku ekspos disini. Sebab, ingin kuramu ia dalam kitab bersejarah "Buku kumpulan cerpen bahkan novel". Doakan yah semoga inginku menjadi kenyataan! Selamat penasaran dengan ceritanya)

Jakarta, Des-07-2018
Risna Damayanti Nasruddin

Rabu, 09 Januari 2019

"Dia Menulis Tentangku, dan Aku Bersyukur"

"Risna Damayanti Nasruddin, Muslimah Inspiratif Sulawesi Barat"

 Oleh: Nurhasan Ahmad
        Risna Damayanti Nasruddin, merupakan salah satu aktivis wanita yang lahir pada tanggal 01-Januari 2000. Wanita berkelahiran Sulawesi Barat ini, memulai pendidikannya di SDN 036 Inp Bonde, SMPN 1 Campalagian, kemudian MAN 1 Pol-Man. Tepatnya, di daerah Sulawesi Barat. Karena kegigihan dan semangat untuk menggapai mimpi dan cita-citanya, ia sering menjuarai perlombaan mewakili sekolahnya, meraih peringkat 1 dan terbilang aktif berorganisasi di sekolahnya. Diintaranya, ia pernah menjabat sebagai pengurus osis Man 1 Pol-Man bidang keagamaan, Ketua Dai Dai'yah, Sekretaris pecinta mushallah, pengurus tahfidzul Qur'an, dan pengurus di organisasi sanggar seni. Karena kegigihannya itu, Risna kemudian diterima di Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, prodi Komunikasi Penyiarn Islam. 

        Wanita berusia 18 tahun ini, memiliki segudang talenta . Bahkan tak jarang ia disebut sebagai muslimah yang multitalenta. Berawal dari sekedar hobi dan kebiasaan, akhirnya ia mampu mengembangkan hobinya tersebut sebagai sebuah potensi. Diantaranya, ia senang membaca, menulis, memasak, melukis, mengajar, diskusi dan aktif berkiprah sosial kemasyarakatan. Karena keaktifannya itu, ia sudah mampu menghasilkan puisi dan cerpen, sering diundang sebagai pembawa acara/mc diberbagai acara. Tak heran, diusia yang terbilang muda ia sudah mampu berkiprah didunia aktivis relawan. Salah satunya dibidang pendidikan di Sulawesi Barat. Hal itu dilatar belakangi karena kurangnya akses pendidikan khususnya didaerah-daerah terpencil yang jauh dari kota. Selain itu, ia ingin memotivasi anak-anak desa yang jauh dari kota untuk terus belajar dan mau melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. 

        Bukan hanya itu, berawal dari maraknya pergaulan bebas, dan kasus-kasus perempuan, akhirnya ia membangun Komunitas Muslimah Sulawesi Barat yang bertujuan sebagai wadah bagi perempuan muslim dalam menuntut ilmu keagamaan serta mnegasah keterampilan. Ia berusaha menggerakan wanita-wanita muslimah untuk semangat menuntut ilmu agar kelak menjadi ibu yang cerdas yang mampu mendidik generasi. Jika kita ingin mengulik kisah inspiratif darinya, maka tidak akan cukup walau hanya satu dua kisah saja. Dan masih banyak kisah-kisah inspiratif yang dapat kita pelajari darinya. Semangatnya diusia muda itu membuat sebagian teman-temannya merasa termotivasi. Dilihat dari semangat dan juga keberaniannya mengajar dan memberikan motivasi di lapas Sulawesi Barat [Pol-Man]. Berawal dari keinginannya menyebarluaskan pendidikan khususnya literasi lapas. Ada harapan besar dalam hatinya, agar narapidana juga bisa menghasilkan karya. 

       Dia berharap bisa melanjutkan pendidikannya di Amerika Serikat. Semangat, keikhlasan, serta doa orangtua, menjadi pilar penting mengiringi langkah kakinya dimuka bumi ini. "Sebaik baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya" adalah prinsip hidupnya. Dia selalu menanamkan prinsip itu sebagai kunci kesuksesan Selain itu, ia berharap untuk terus bisa berkontribusi kepada Islam dan Indonesia
          

        

"Membaca dan Menulis Untuk Mengukir Peradaban"

         
By Risna Damayanti Nasruddin


          Aku kembali menulis disini. Setelah sekian lama aku sibuk dengan dunia baruku. Yah! dunia akademik perkuliahan. Setelah lulus di sekolah menengah atas dan diterima di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, aku lebih fokus untuk itu. Walaupun demikian, aku berusaha menyempatkan diri menulis keseharianku didalam buku diary walau hanya beberapa deretan kalimat saja. Bagiku, tetaplah menulis! walaupun  rangkaian kalimatnya tak begitu indah dibaca, kadang kalimatnya rancuh tak beraturan, walau EYD-Nya masih amburadul.  

         Tapi yang aku tahu, menulis adalah mengukir peradaban, memperpanjang usia seperti dalam tulisan Helvy Tiana Rosa "Ketika sebuah karya telah ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang usianya". Itulah pentingnya membaca kemudian menulis agar pengetahuan yang kita dapatkan melekat dipikiran. Bukan saja hanya Helvy Tiana Rosa yang menulis tentang pentingnya membaca dan menulis, tetapi juga Imam Asy-Syafi pernah menulis "Ilmu itu ibarat hewan buruan, tulisan adalah pengikatnya maka ikatlah ilmu dengan menuliskannya" Selain itu, aku juga belajar bahwa ilmu itu jangan sekedar dipikiran [menghapalkannya] tapi harus disimpan didalam hati. 

      Sebab, ketika pengetahuan itu melekat dihati, maka ia lebih permanen. Sayangnya, tak segampang itu membuatnya melekat secara permanen dihati. Imam Asy-Syafie dalam tulisannya "Ilmu itu adalah cahaya Allah swt sedangkan cahaya itu, tidak akan masuk kedalam diri seseorang yang bermaksiat". Dan inilah yang amat sulit untuk kutuntaskan. Jadi tak perlu heran ketika kita sulit memahami sesuatu, mata pelajaran mislanya. Mestinya kita mengecek terlebih dahulu diri ini jangan menyalahkan keadaan sebab ia tak bersalah. Cek lalu intropeksi diri dan tanyakan dalam hati "Apakah aku bersih dari maksiat pada hari ini? mengapa begitu sulit aku menerima dan memahami ilmu ini?" Karena salah satu penghambat masuknya ilmu adalah kemaksiatan. 

           Karena ini adalah blog baru, aku ingin mendahulukan  tulisanku tentang membaca dan menulis untuk mengukir peradaban. Aku selalu berpikir tentang masa depan. Aku tak ingin terlalu lama larut dalam masa lalu. Tak apa jika menengok sejenak dimasa lalu untuk mengambil pelajaran. Tetapi, bukan berarti kita berdiam diri tanpa bergerak disana. Berpikirlah maju! buatlah karya berupa tulisan agar kelak umat bisa membacanya, mengambil pelajaran lalu umat menfaatkannya. Terlebih lagi untuk generasi yang lahir dari rahim wanita yang cerdas. 


Jakarta, 08 Januari 2019
Risna Damayanti Nasruddin

"Membalut Luka Masa Lalu"

By Risna Damayanti Nasruddin "Rasanya, sembilan tahun itu adalah masa yang amat menyakitkan Ris! sakit sekali rasanya ketika h...